Distopia

Leonardo
1 min readApr 10, 2021

--

i.
Mereka bertaruh atas harga diri dan mengukir nama
pada benak para manusia yang gundah, katanya;
“karena doa dan nasi kucing!”

Lalu kau memohon pengampunan
di setiap relung doa malammu
agar surga kita tetap perawan

Bedanya, masker tak ditimbun di Nirwana

ii.
Hari demi hari;
rumah ibadah menutup pelukannya,
tapi hotel tetap membuka rahimnya
dan para pria berdasi itu membungkam mulutnya

Yang tua telah berserah namun aku belum pasrah,
walau sudah ziarah ke pusara yang usai tumpah darah

Semua jadi merah;
aku mendendam ditimbun amarah
Ah!

iii.
Jasadmu dihantui asumsi,
pikiranku mati diaborsi,
semu dan tafsir;
Pastor tetap terjaga mengidungkan syair

Puan tersedu di atas ranjang, jauh dari ibunya,
takut basil merajam tubuhnya;
Tuhan terus mendekap sukmanya

Nafsu Nona bergelora karena asmara
yang terbendung oleh antara;
gila..

Lalu, ia lucut ke fatamorgana
‘nyua juwita jauh di atas sana

Biarlah waktu ini kian fana!

iv.
Jiwa-jiwa kita akan selalu merindu
hingga Rona tak lagi singgah untuk mencumbu

Puan,
jaga dirimu
demi jiwa kecilmu

9 September 2020

--

--