Raungan dari Lourmarin

Leonardo
1 min readNov 30, 2021

--

L’enfer c’est les autres

Pembunuhan makna oleh manusia yang tidak sadar akan eksistensi dirinya, terbentuk atas persepsi abstrak terhadap pembentukan makna itu sendiri.

Gustave Doré, The Last Judgment (1865–1866)

Mulut dan lidah mereka bergelora atas hembusan nafas yang tak bersalah; mengais tanah demi berlian di bawah sana. Tiada dosa ia perbuat, namun gelak tawa terus mengiringi nestapa si malang itu.

Di sisi kehidupan lain; ada yang ingin mencabut nyawanya sendiri, karena muak akan caci maki penjuru negeri.

Mata mereka telah menusuk, bahkan tanpa mulut kita harus mengungkapkan tanda.

That is not what I meant. That is not it, at all.

Sia-sia. Selesai sudah asanya.

Ia siap dikoyak-koyak sepi; dengan segala macam konsekuensi.

Meski harus hidup sendiri sekali lagi.

Dan juga mati dalam sunyi.

“Neraka dunia kian hina,” tutupnya.

“Neraka di bawah sana hanya membuatmu jauh lebih binasa–” dan seketika ia akhiri penderitaannya.

Jarak antara Asia dengan selatan Amerika tak dapat membendung niatannya. Begitu pula dengan fana dan akhiratnya.

Ia selalu ingin dikenang bak Raja Kokain dari Medellín atau pria Argentina yang gugur di Bolivia.

Bedanya, ia memilih untuk kebiri jiwanya sendiri.

Hasta siempre.

--

--